BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Dispersi
Dispersi adalah peristiwa penguraian sinar cahaya
yang merupakan campuran beberapa panjang gelombang menjadi komponen-komponennya
karena pembiasan.Dispersi terjadi akibat perbedaan deviasi untuk setiap panjang
gelombang, yang disebabkan oleh perbedaan kelajuan masing-masing gelombang pada
saat melewati medium pembias. Apabila sinar cahaya putih jatuh pada salah satu
sisi prisma, cahaya putih tersebut akan terurai menjadi komponen-komponennya
dan spektrum
lengkap cahaya tampak akan terlihat.[1]
Umumnya berkas-berkas cahaya tak lain adalah
gabungan gelombang-gelombang yang panjangnya tertentu dan terletak di daerah
spectrum yang tampak. Kecepatan gelombang-gelombang cahaya dalam hampa udara
adalah sama, untuk semua panjang gelombang, sedangkan kecepatannya dalam satu
bahan berbeda-beda menurut perbedaan panjang gelombang. Jadi indeks bias suatu
bahan merupakan fungsi dari panjang gelombang. Suatu bahan didalam mana
kecepatan suatu gelombang berbeda-beda menurut perbedaan panjang gelombang.
Misalkan sebuah sinar dari cahaya putih, yaitu
gabungan semua panjang-panjang gelombang yang dapat dilihat mata, menembus
prisma.Karena deviasi oleh prisma itu bertambah dengan bertambah besarnya
indeks bias, maka deviasi cahaya violet lebih besar dari deviasi cahaya merah;
warna-warna lain terlerak diantaranya.Pada waktu meninggalkan prisma, sinara
cahaya tadi disebarkan menjadi seberkas cahaya yang berbentuk seperti
kipas.Cahaya itu dikatakan didispersi (diuraikan) menjadi sebuah spektrum.[2]
B. Hukum
Snellius Pembiasan dan Indeks Bias
Kelajuan gem
(termasuk di dalam cahaya) ketika di vakum, sesuai dengan persamaan Max Well,
adalah
Didefinisikan adanya parameter baru yaitu indeks
bias (n) sebagai hasil perbandingan antara kelajuan cahaya di vakum (c) dengan
ketika di medium bening yang lain (v) yaitu :
Biasanya medium bening yang berperan sebagai pembias
memiliki ĸm≈ 1,
kecuali untuk bahan feromagnet, misalnya : besi, tembaga, dan sejumlah logam
lainnya. Artinya, untuk bahan non feromagnetik, tetapan dielektrikĸ
memenuhi :
Kenyataan menunjukkan bahwa ĸ bergantung pada frekuensi medan listrik yang terdapat pada cahaya
sebagai gem. Persamaan (10.2) dan
(10.4) menunjukkan adanya hubungan antara panjang gelombang (λ) denga frekuensi
(v) sebagai :
Pembiasan, dalam pengertian umum, merupakan gejala
pembelokan arah jalar gelombang karena kelajuan rambat gelombang
berubah.Artinya, peristiwa pembiasan tidak hanya terjadi pada cahaya.Setiap
perambatan gelombang, kecepatan dan panjang gelombang dari gelombang itu dapat
berubah, hanya saja frekuensi gelombang selalu tetap ketika energi gelombang
itu tetap. Dijumpai kenyataan, bahwa panjang gelombang dari gelombang permukaan
air sungai yang mengalir berubah memendek karena disitu lebih dangkal dari
tempat lain. Ini merupakan contoh pembiasan gelombang air.Bunyi deru mobil,
saat malam hari, terasa lebih keras sehingga seolah olah sumber bunyi berada
lebih dekat dibanding siang hari.Ini disebabkan, saat malam hari, gelombang
bunyi membelok ke atas karena suhu udara diatas lebih panas daripada dibawah.Kelajuan
bunyi di udara lebih cepat bila suhu medium lebih tinggi.Ini merupakan contoh
pembiasan gelombang bunyi. Pembiasan cahaya terjadi bila sinar datang dari satu
medium ke medium bening yang lain.
Jika cahaya dan udara jatuh di medium air yang beindeks
bias 1,33, maka kelajuan cahaya menurun dengan faktor 1,33. Perambatan
gelombang itu memiliki frekuensi yang tetap, walaupun v dan λ berubah. Bila gem
jatuh di sebuah medium maka medan listrik dari gem berinteraksi dengan
atom-atom medium, sehingga atom-atom bergerak dipercepat. Terdapat superposisi
medan listrik di medium yang berasal dari cahaya (gem) dan dari atom-atom
medium yang bergerak dipercepat. Hasil superposisi itu menyebabkan kelajuan dan
arah penjalaran gem berubah
Gambar
10.7 Lintasan muka gelombang primer dan sekunder pada
peristiwa pembiasan.
Menurut pandangan huygens peristiwa pembiasan itu
dapat dilukiskan oleh Gambar 10.7. Muka gelombang primer jatuh di permukaan P
dan setiap ∆t membentuk muka gelombang sekunder dengan jejari (bila berada di
vakum atau medium udara) c ∆t. Setelah di P juga membentuk muka gelombang baru
di medium pembias pada kelajuan v (= c/n) sehingga dalam selang waktu ∆t
memberikan radius c∆t/n .Muka gelombang sekunder P’ (di vakum atau udara), dan
Q’ ketika di medium pembias.
Gambar
10.8 Bagan pembentukan sudut datang dan sudut bias.
Gambar 10.8
memperlihatkan bahwa sudut datang Ɵ (=Ɵ1) dan
sudut bias n, memenuhi persamaan : sin Ɵ = c∆t/PP ; sin Ɵ’ = c∆t/n/PP, sehingga
untuk medium pertama (vakum atau udara ) dipenuhi kaitan :
sin Ɵ = nsin Ɵ2 (10.6)
Untuk medium pertama berindeks bias n1, dan n2
pada medium yang ke 2 sehingga berlaku hukum pembiasan :
n1
sin Ɵ1 = n2 sin Ɵ2 (10.7a)
Persamaan (10.7a) merupakan hukum snellius untuk
pembiasan.Biasanya
sudut datang (Ɵ1) dilambangkan i, dan sudut bias (Ɵ2)
dilambangkan r sehingga persamaan (10.7a) dapat ditulis pula[3] :
n1
sin i = n2 sin r (10.7b)
Dengan beberapa pengecualian maka kecepatan cahaya
dalam suatu zat perantara, yang akan dinyatakan dengan v, lebih kecil daripada
kecepatan dalam ruang bebas. Selanjutnya, kecepatan cahaya dalam zat perantara
berbeda untuk panjang gelombang yang berlainan, Sedangkan dalam ruang hampa
cahaya yang panjang gelombangnya berlainan merambata denga kecepatan yang sama.
Efek ini dikenal dengan nama “dispersi”. Perbandingan antara kecepatan cahaya
dalam ruangan hampa dengan kecepatan cahaya yang panjang gelombangnya tertentu
dalam suatu zat perantara disebut “indeks bias” dari zat perantara itu untuk
suatu panjang gelombang tertentu. Indeks bias itu kita nyatakan dengan n,
indeks bias untuk panjang gelombang tertentu.
TABEL 39-1
INDEKS
BIAS
(Untuk cahaya dengan panjang
gelombang 589 m
)
Gelas
|
1,46 – 1,95
|
Kristal
kakspat (CaCO3)
|
1,658
|
Quartz
(Si O2)
|
1,544
|
Garam
dapur (Na Cl)
|
1,544
|
Fluorite
(Ca Fa)
|
1,434
|
Carbon
disulfide
|
1,629
|
Ethyl
alcohol
|
1,361
|
Air
|
1,3333
|
Jika tidak dinyatakan dengan panjang gelombangnya,
maka indeks bias itu biasanya dinyatakan untuk cahaya kuning dari nyala natrium
yang panjang gelombangnya 589 m
. Indeks bias itu merupakan bilangan
asli (perbandingan antara dua kecepatan) dan biasanya lebih besar dari satu.
n
= c/v (39-1)
Kecepatan cahaya dalam gas hampir sama dengan
kecepatan cahaya dalam ruangan hampa dan dispersinya kecil. Sebagai contoh,
indeks bias udara pada keadaan standar, untuk cahaya ungu yang panjang
gelombangnya 436 m
, ialah 1,0002957; sedangkan untuk
cahaya merang yang panjang gelombangnya 656 m
, indeks biasnya ialah 1,0002914.
Berhubung dengan kenyataan diatas maka kecepatan cahaya dalam udara dapat
disamakan denga kecepatan cahaya dalam ruang hampa dan indeks bias udara dapat
dimisalkan sama dengan satu. indeks bias gas bertambah secara uniform sesuai
dengan bertambahnya kerapatan gas itu.
Biasanya indeks bias gelas yang digunakan untuk
alat-alat optik terletak antara 1,46 dan 1,96, sedikit sekali zat perantara
yang mempunyai indeks bias lebih besar dari harga ini, diantaranya adalah intan
yang angka biasnya 2,42 dan rutile (synthetic crystalline titanium dioxide)
dengan angka bias 2,7.[4]
C. Sudut Kritis
Gambar
5.11
a.
Sudut datang dari sinar datang ke 3
adalah sudut datang kritis
b.
Sudut bias dari sinar bias ke 3 adalah
sudut bias kritis
Pada Gambar 5.11a, sinar datang dari medium optis
lebih rapat (n) ke medium optis
kurang rapat (n’), n>n’.
Sinar datang pada sudut i >ikr, maka tidak akan
dibiaskan lagi. Oleh karena itu terjadilah pantulan sempurna.
Jika digunakan prinsip balik cahaya pada Gambar 5.11a, yaitu
sinar bias ketiga menjadi sinar datang, maka sinar datang ketiga menjadi sinar
bias. Hal tersebut sama dengan yang terjadi pada Gambar 5.11b.
Perhatikan Gambar 5.11b. tiga buah sinar datang dari media optis
kurang rapat (n’) dengan berbagai sudut datang dibiaskan dengan tiga buah sudut
bias yang berbeda. Sinar datang ketiga pada sudut datang 90o
menghasilkan sudut bias r’kr
yang merupakan sudut bias terbesar.[5]
D. Pantulan Sempurna
Gambar (40.6) menunjukan sejumlah sinar yang
berpencar dari titik sumber p dalam medium yang punya indeks bias n dan
mengenai permukaan medium kedua yang indeks biasnya n’, disini
n>n’. berdasarkan hukum snellius:
Gb 40-6.
Pemantulan sempurna. Sudut datang
, yang menyebabkan sudut
bias 90
, disebut sudut kritik.
Karena n/n’ lebih besar dari satu, maka
sin
’ lebih besar
dari pada sin
dan sudah terang sama dengan satu (artinya
’= 90
) untuk sudut
kurang dari 90
. Ini dilukiskan dalam diagram dengan
sinar ketiga yang menjalar-jalar pada bidang batas dengan sudut bias 90
. Sudut datang untuk mana sinar biasanya
menyinggung permukaan disebut sudut kritis dan pada diagram dinyatakan dengan
c. jika sudut datang
lebih besar daripada sudut kritis, maka sinus sudut bias yang dihitung
berdasarkan hokum snellius,adalah lebih besar dari satu. Hal ini dapat
ditafsirkan bahwa bila sudut kritis terlampaui, sinar tidak akan kemedium yang
sebelah atas, tetapi akan dipantulkan sempurna pada bidang batas. Pemantulan
sempurna hanya dapat terjadi bila suatu sinyal menumbuk pada permukaan suatu
medium yang indeks biasnya lebih kecil daripada indeks bias medium dimana sinar
itu bergerak.
Sudut kritis untuk 2 zat tertentu dapat diketahui dengan
mengambil
’ = 90
atau sin
’ = 1 dalam hokum snell.
Maka kita peroleh:
|
Sudut kritis dari bidang batas air-kaca, dengan
mengambil indeks bias kaca 1,50 adalah:
Sin
=
=
0,67
=
42
Sudut ini kurang sedikit dari 45
; suatu yang menguntungkan yang
memungkinkan pemakaian dalam berbagai alat-alat optik yang bersudut 45
-45
-90
sebagai bidang-bidang pantul yang sempurna.
Prisma-prisma, karena pantulannya sempurna, lebih baik daripada
permukaan-permukaan logam sebagai reflector sebabnya ialah pertama: oleh prisma
cahaya dipantulkan sempurna.
Gb. 40-7. Prisma yang memantulkan sempurna Gb.
40-8.Prisma Porro
Sedangkan permukaan-permukaan logam tak ada yang memantulkan 100
dari cahaya yang datang padanya; dan kedua,
sifat-sifat pemantulan prisma itu permanen, takkan kabur-kabur. Hanya ada
kehilangan cahaya sedikit akibat pemantulan pada permukaan tempat cahaya itu
masuk dan keluar dari prisma, tetapi baru-baru ini ditemukan suatu cara
melapisi permukaan-permukaan itu dengan apa yang disebut nonreflecting yang
dapat memperkecil kerugian cahaya itu.
Jenis prisma pemantul yang paling sederhana diperlihatkan pada
gambar 40-7.Sudut-sudutnya adalah 45
-45
-90
.Cahaya datang tegaklurus pada salah satu
sisi pendek mengenai sisi miring dengan sudut datang 45
.Sudut ini lebih besar daripada sudut
kritis, sehingga cahaya itu dipantulkan sempurna lalu keluar dari sisi pendek
yang satu lagi setelah mengalami deviasi (penimpangan) 90
.
Gb. 40-9. Kombinasi dua prisma Porro Gb.
40-10. Pembiasan oleh pelat datar yang permukaannya paralel
1)
Pembiasan Kaca Plan Paralel
Kaca plan paralel atau balok kaca adalah keeping
kaca tiga dimensi yang kedua sisinya dibuat sejajar. Persamaan pergeseran sinar
pada balok kaca:
d : tebal balok
kaca (cm)
i : sudut
datang (
)
r : sudut bias (
)
T : pergeseran cahaya (cm)
Refraksi
oleh permukaan datar
Pembiasan oleh sinar-sinar yang paraksial
Semua sinar yang berasal dari sebuah titik benda setelah
dipantulkan akan didivergensikan pada sebuah titik, tetapi tidak demikian untuk
sinar bias.
Perhatikan
Gambar 5.7.
Benda
S mempunyai bayangan karena sinar-sinar pantul yaitu S’. Akan tetapi bayangan
dari sinar bias tidak berkumpul di S’’ atau S’’’.
Misal: s adalah jarak benda
s’ adalah jarak bayangan karena sinar
pantul
s” adalah jarak bayangan karena salah
satu sinar bias
Jadi
Jadi
,
maka sinar-sinar bias didivergensikan dari sebuah tititk. Sekarang jika dipakai
keping gelas yang sejajar, dapat ditentukan letak bayangan untuk sinar-sinar
yang paraksial. Misal benda berada di S, maka S’ adalah bayangan yang dibuat
oleh permukaan pertama, akan merupakan benda untuk permukaan kedua yang
bayangannya akan terletak di S’’.
Gambar
5.8
Bayangan oleh sinar yang dibiaskan oleh kedua permukaan
keping sejajar
Untuk
sinar-sinar yang paraksial berlaku:
Jadi
bayangan akan bergeser SS’’.
Jika
n = 1, dan kita mengamati pada arah tegak lurus, maka benda akan tampak
lebih dekat dari yang sesungguhnya.
Kedalaman Sebenarnya dan Tidak Sebenarnya
(Semu)
Sebuah
benda yang berada pada medium pembias, akan tampak lebih dekat.
Pembiasan (Refraksi) Melalui Susunan
Lapisan-lapisan
Jika
kita mempunyai susunan lapisan-lapisan yang sejajar dari bermacam indeks bias,
maka setelah keluar dari lapisan terakhir sinar datang akan dibelokkan, sesuai
dengan rumus:
Dengan:
Jumlah
lapisan ada (m-2)buah[7]
Gambar 5.10
Pembiasan
oleh beberapa lapisan sejajar
2) Pemantulan
Pada Prisma
Cahaya yang jatuh pada permukaan pertama prisma akan mengalami
dispersi atau penguraian warna sehingga terbentuk spektrum di dalam prisma
maupun setelah dibiaskan oleh permukaaan kedua. Oleh karena
, maka
v = indeks dispersi, bernilai 20-6- untuk kebanyakan gelas.
Kombinasi
Prisma
Dua buah prisma dapat disusun menjadi:
a.
Susunan prisma akromatik
b.
Susunan prisma pandang lurus (direct vision)
Gambar 5.35
a.
Susunan
prisma akromatis, semua warna keluar sejajar
b.
Susunan
prisma oandang lurus warna D tidak berubah arah
Susunan Prisma Akromatik
Susunan prisma akromatis terdiri atas dua buah prisma dari bahan
yang berlainan.Terjadi deviasi tanpa dispersi, artinya semua warna dibiaskan
sejajar. Syarat, dispersi prisma I=dispersi prisma II.
Jadi,
(warna
D adalah warna rata-rata dari spektrum)
Gambar 5.36 Susunan prisma akromatik
Susunan Prisma Pandang Lurus (Direct
Vision)
Susunan ini akan menguraikan cahaya putih tetapi tidak
mendeviasikan warna kuning (D). Syarat: deviasi prisma I = deviasi prisma II.
Jadi,
Gambar
5.37
prisma pandang lurus
Dispersi
:
(5-31)
Rumus-rumus
(5-30) dan (5-31) hanya berlaku untuk sudut-sudut puncak prisma yang kecil.
Prisma Pemantul
Prisma dapat juga digunakan sebagai pemantul.Pemakaiannya
berdasarkan refleksi internal total.Di sini tak terjadi kehilangan energi,
tetapi ada juga sedikit karena absorpsi dari bahan prisma dan karena pantulan
pada permukaan tempat cahaya jatuh dan cahaya keluar menunggalkan
prisma.Kecuali mempunyai reflektivitas yang tinggi, prisma tak perlu diberi lapisan
perak, juga sudut-sudut antara permukaan-permukaan pantul selalu tetap.
Kebanyakan prisma pemantul mempunyai sudut-sudut 45o; 45,9o;
jika berada di udara
GAMBAR
5.38
a. Refleksi total; b. Porro; c. Dove atau pembalik; d.
Deviasi konstan
Prisma jenis (d) memiliki sifat bahwa jika prisma diputar tidak
akan mengubah deviasinya.
, jika α adalah sudut antara
permukaan-permukaan pantul.Misal : jika α = 45o, maka deviasi = 270o.[8]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan materi diatas maka didapat kesimpulan
sebagai berikut :
1.
Dispersi adalah peristiwa penguraian
sinar cahaya yang merupakan campuran beberapa panjang gelombang menjadi
komponen-komponennya karena pembiasan.
2.
kelajuan cahaya (v) di medium:
3.
Ada dua macam sudut kritis, yaitu:
a) sudut datang kritis, bila sudut
bias 90o,
b) sudut bias kritis, bila sudut
datang 90o
4.
Kaca plan paralel atau balok kaca adalah
keeping kaca tiga dimensi yang kedua sisinya dibuat sejajar. Persamaan
pergeseran sinar pada balok kaca:
T =
|
5.
Indeks
bias adalah Perbandingan antara kecepatan cahaya dalam ruangan
hampa dengan kecepatan cahaya yang panjang gelombangnya tertentu dalam suatu
zat perantara.
6.
Cahaya yang jatuh pada permukaan pertama
prisma akan mengalami dispersi atau penguraian warna sehingga terbentuk
spektrum di dalam prisma maupun setelah dibiaskan oleh permukaaan kedua.
B. Kritik
dan Saran
Penyusun menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca agar penyusuanan makalah ini lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Jati, Bambang
Murdaka Eka & Tri Kuntoro Priyambodo., 2010, Fisika Dasar:
Listrik-Magnet, Optika, Fisika Modern untuk Mahasiswa Ilmu-Ilmu Eksakta &
Teknik, Yogyakarta : ANDI OFFSET.
Sarojo,
Ganijanti Aby. 2011. Gelombang dan Optika. Jakarta: Salemba Teknika.
Sears,
Francisweston dan Mark W. Zemansky. 1972. FISIKA
UNTUK UNIVERSITAS. Jakarta: Binacipta.
Suwarna, Iwan
Permana. 2014. Teori dan Aplikasi: Getaran dan Gelombang, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
[1]Iwan Permana Suwarna, Teori dan
Aplikasi: Getaran dan Gelombang(Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014) h.
[2]Francisweston Sears dan Mark W. Zemansky, FISIKA UNTUK UNIVERSITAS (Jakarta:
Binacipta, 1972), h755-756.
[3]Bambang Murdaka Eka Jati, FISIKA DASAR: Listrik Magnet, Optika, Fisika
Modern (Yogyakarta: ANDI OFFSET, 2010), h. 188-191.
[4]Francisweston Sears dan Mark W. Zemansky, FISIKA UNTUK UNIVERSITAS (Jakarta:
Binacipta, 1972), h. 7
[5]Ganijanti Aby Sarojo, Gelombang dan Optika (Jakarta: Salemba Teknika, 2011), h. 276
[6]Francisweston Sears dan Mark W. Zemansky, FISIKA UNTUK UNIVERSITAS (Jakarta:
Binacipta, 1972), h. 751-753
[7]Ganijanti Aby Sarojo, Gelombang dan Optika (Jakarta: Salemba Teknika, 2011), h. 272-275
Your Affiliate Money Printing Machine is ready -
BalasHapusPlus, earning money online using it is as easy as 1..2..3!
Here's how it works...
STEP 1. Tell the system what affiliate products the system will advertise
STEP 2. Add PUSH button traffic (it takes JUST 2 minutes)
STEP 3. Watch the affiliate products system grow your list and upsell your affiliate products on it's own!
Are you ready to make money automatically?
The solution is right here
casino, poker room, blackjack, bingo
BalasHapuscasino, poker room, blackjack, 1xbet login bingo room, blackjack, bingo room, poker room, poker room, poker febcasino.com room, 메이피로출장마사지 poker https://vannienailor4166blog.blogspot.com/ room, poker room, ventureberg.com/ poker room,