BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan zaman dewasa ini,
tidak lepas dari sains sebagai unsure penunjang
utama dalam berbagai aspek kehidupan. Contoh produk sains yang paling
akrab kita temui adalah berbagai macam alat hasil pengembangan teknologi dan informasi. Tidak hanya itu, pada dasarnya sains memang bagian dari kehidupan kita. Dari mulai apa yang
terjadi dalam tubuh kita sampai berbagai fenomena alam di alam semesta. Dari
mulai bagian terkecil sampai terbesar dalam alam semesta merupakan objek kajian
sains.
Meskipun saat ini penemuan-penemuan teori baru di
bidang sains tidak lagi fenomenal seperti generasi Isac Newton maupun Einstein,
hal tersebut tidak dapat menutup kemungkinan adanya berbagai macam penelitian yang
dilakukan guna menyempurnakan teori yang sudah ada.
Mempelajari sains seharusnya buahanya keinginan mengikuti perkembangan zaman,
tetapi juga sebagai proes kita menjalakan kewajiban sebagai seorang hamba. Seorang hamba harusnya mampu mengintegrasikan apa yang
dipelajarinya untuk memahami tanda-tanda kekuasaan Sang Pencipta.
Karena sejatinya setiap ilmu yang dipelajari merupakan ayat-ayat kauniyah dari Sang
Maha Kuasa, Allah SWT. Dengan begitu yang
kita dapatkan tidak hanya keuntungan dunia namun juga keuntungan akhirat.
Salah satu contoh fakta sains
yang ada pada diri kita adalah mata yang merupakan bagian dari pancaindera yang berguna sebagai alat penglihat, dengan memiliki mata maka manuisa dapat melihat benda-benda di sekitarnya yang
ditangkap sebagai bayangan di retina.
Dalam proses
ini,terdapat suatu hal yang memilki peranan sehingga bayangan dapat terbentuk,yakni cahaya. Dalam sains pembahasan mengenai cahaya dan perilakunya termasuk dalam cabang ilmu fisika, optik .Dengan mempelajari optik kita dapat menginterpretasikan berbagai fenomena cahaya
yang terlihat di kehidupan sehari-hari,seperti pelangi, lembayung senja, dan lain
sebagainya. Pada makalah ini kita akan mencoba membahas tentang sejarah optika, kalsifika optika, sifat-sifat
cahaya, dan cermin datar sebagai langkah awal mempelajari materi optik.
1.
Apa pengertian dari optik?
2.
Apa saja klasifikasi optik?
3.
Bagaimana
sifat pemantulan cahaya pada cermin?
4.
Apa pengertian dari cermin?
5.
Bagaimana
pemantulan cahaya pada cermin datar ?
1.
Memahami pengertian optik
2.
Mengetahui
sejarah optik
3.
Mengetahui
klasifikasi optik
4.
Memahami sifat pemantulan cahaya pada cermin
5.
Mengetahui
sejarah cermin
6.
Mengetahui
jenis-jenis cermin
7.
Memahami proses pemantulan cahaya pada cermin datar
D. Metode
Penulisan
Makalah ini disusun dengan menggunakan metode kepustakaan,
jurnal dan sumber website untuk mendapatkan data-data materi tersebut.
BAB
II
PEMBAHASAN
“Katakanlah:”Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan
bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan
siapakah yang yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang
mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka
akan menjawab:”Allah.” Maka katakanlah:”Mengapa kamu tidak bertakwa
(kepada-Nya)?”(Q.S yunus: 31)
Ketika kita memandang suatu benda, cahaya dan benda itu merambat
langsung ke mata kita. Karena itu kita dapat melihat benda tersebut. Tetapi
hanya sebagian benda yang memancarkan cahaya sendiri eperti matahari, lampu,
dan nyala api. Sebagian besar benda-benda yang kita lihat tidak memancarkan
cahaya memantulkan cahaya dari sumber cahaya ke mata kita. Dengan demikian, apa
yang terlihat, secara fundamental akan tergantung pada sifat cahaya. Oleh sebab
itulah sifat cahaya selalu merupakan pokok bahasan yang menarik untuk
dipelajari.
Ilmuwan Muslim
pertama yang mencurahkan pikirannya untuk mengkaji ilmu optik adalah Al-Kindi
(801 M – 873 M). Hasil kerja kerasnya mampu menghasilkan pemahaman baru tentang
refleksi cahaya serta prinsip-prinsip persepsi visual. Buah pikir Al-Kindi
tentang optik terekam dalam kitab berjudul De Radiis Stellarum. Buku yang
ditulisnya itu sangat berpengaruh bagi sarjana Barat seperti Robert Grosseteste
dan Roger Bacon. Tak heran, bila teori-teori yang dicetuskan Al-Kindi tentang
ilmu optik telah menjadi hukum-hukum perspektif di era Renaisans Eropa. Secara
lugas, Al-Kindi menolak konsep tentang penglihatan yang dilontarkan
Aristoteles. Dalam pandangan ilmuwan Yunani itu, penglihatan merupakan bentuk
yang diterima mata dari obyek yang sedang dilihat. Namun, menurut Al-Kindi
penglihatan justru ditimbulkan daya pencahayaan yang berjalan dari mata ke
obyek dalam bentuk kerucut radiasi yang padat. Para Tohoh muslim yang
memberikan kontribusinya lainnya di dunia optk yaitu Al Khaitam, kamaluddin al
farisi, dan lain-lain.
Banyak sekali
tokoh-tokoh yang berjasa pada perkembangan ilmu optika, diantaranya adalah :
a.
Euklides
(hidup sekitar abad ke-4 SM)
Euklides ialah matematikawan dari Alexandria dikenal sebagai bapak
geometri. Dalam bukunya yang berjudul Elemen, ia mengemukakan teori bilangan
dan geometri. Menurutnya satu hal yang paling penting untuk dicatat, bahwa
dalam pembuktian teorema-teorema geometri tak diperlukan adanya contoh dari
dunia nyata tetapi cukup dengan deduksi logis menggunakan aksioma-aksioma yang
telah dirumuskan.
b.
Johannes
Kepler (27 Desember 1571 – 15 November 1630).
Sumber :
http://blog.worldbook.com/2013/12/23/this-week-in-history-johannes-kepler-was-born-on-dec-27-1571/
Johannes Kepler seorang tokoh penting dalam revolusi ilmiah, adalah
seorang astronom Jerman, matematikawan dan astrolog. Dia paling dikenal melalui
hukum gerakan planetnya. Dia kadang dirujuk sebagai "astrofisikawan
teoretikal pertama", meski Carl Sagan juga memanggilnya sebagai ahli
astrologi ilmiah terakhir.
Orang Eropa abad ke-16 sangat mengagumi komet. Maka, pada suatu
malam, sewaktu sebuah komet yang dipopulerkan oleh astronom Denmark Tycho Brahe
terlihat di langit, Katharina Kepler membangunkan putranya, Johannes, yang
berusia enam tahun untuk menyaksikan komet itu. Lebih dari 20 tahun kemudian,
sewaktu Brahe meninggal, siapakah yang dilantik Kaisar Rudolf II untuk
menggantikan jabatan Barahe sebagai matematikawan kekaisaran? Pada usia 29
tahun, Johannes Kepler menjadi matematikawan kekaisaran untuk Kaisar Romawi
Suci, beserta ahli astrologi kerajaan Jendral Wallenstein, suatu jabatan yang
ia pegang hingga akhir hayatnya. Kepler juga seorang profesor matematika di
Universitas Graz. Karir Kepler juga bersamaan dengan karir Galileo Galilei.
Pada awal karirnya, Kepler adalah asisten Tycho Brahe.
Kepler sangat dihargai bukan hanya dalam bidang matematika. Ia
menjadi sangat terkenal di bidang optik dan astronomi. Meski perawakannya
kecil, Kepler memiliki kecerdasan yang memukau dan juga kepribadian yang gigih.
Ia didiskriminasi sewaktu tidak mau pindah agama ke Katolik Roma, sekalipun di
bawah tekanan hebat (diambil seperlunya dari Wikipedia).
c.
Willebrord
Snellius (1580–30 Oktober 1626)
Willebrord Snellius (terlahir dengan nama Willebrord Snel van Royen
lahir di Leiden) adalah ilmuwan berkebangsaan Belanda dalam bidang astronomi
dan matematika. Willebrord Snellius dikenal dengan hukum pembiasan cahaya.
Sumber:
http://pvastro1472.blogspot.com/2014/10/willebrord-snell-biography_10.html
d.
Christian
Huygens (1629–8 Juli 1695)
Sumber :
https://fluidsinmotion.wordpress.com/2012/12/07/mariotte-and-huygens/
Christiaan
Huygens, merupakan ahli matematika Belanda dan ahli fisika; lahir di Den Haag
sebagai anak dari Constantijn Huygens. Ahli sejarah umumnya mengaitkan Huygens
dengan revolusi ilmiah. Christiaan umumnya menerima penghargaan minor atas
perannya dalam perkembangan kalkulus modern. Ia juga mendapatkan peringatan
atas argumennya bahwa cahaya terdiri dari gelombang. Tahun 1655, ia menemukan
bulan Saturnus, Titan.
e.
Antoni
Van Leeuwenhoek (1632 - 1723)
Sumber :http://www.ucmp.berkeley.edu/history/leeuwenhoek.html
Leuweenhoek adalah seorang ahli fisika dan biologi, pelopor riset
mikroskopik yang dilahirkan di Delf, Belanda. Pada usia 21 tahun ia membuka
toko kain dan mulai menggunakan kaca pembesar sederhana buatannya sendiri untuk
memeriksa kualitas kainnya. Mikroskop Leuweenhoek tidak lebih besar daripada
ibu jari. Mikroskop tersebut terbuat dari logam, lensa tunggalnya mempunyai
tebal kira-kira 1 milimeter dan panjang fokusnya begitu pendek sehingga dalam
menggunakannya harus dipegang dekat sekali dengan mata. Pertama kali
Leuweenhoek membuat mikroskop hanya sebagai hobi. Pada tahun 1974, Leuweenhoek
menemukan hewan-hewan bersel satu, yaitu protozoa. Ia katakan bahwa setetes air
bisa menjadi rumah satu juta hewan-hewan kecil tersebut. Leuweenhoek hidup
dalam ketenaran, ia dikunjungi raja-raja pada saat itu. Menjelang kematiannya
pada usia 90 tahun, ia telah membuat lebih dari 400 mikroskop.
f.
Rangaku
Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/Rangaku
Rangaku (arti harfiah: ilmu belanda; ran: Belanda) adalah sebutan
untuk ilmu pengetahuan, budaya, dan teknologi dari Eropa yang dikenal Jepang pada
zaman Edo. Ilmu-ilmu Barat didapat Jepang melalui kontak dengan orang Belanda
di pos perdagangan Belanda di Dejima. Studi ilmu-ilmu dari Barat yang didapat
dari orang Belanda memungkinkan Jepang mengejar ketinggalan di bidang teknologi
dan kedokteran Barat akibat politik isolasi yang dijalankan Keshogunan Tokugawa
dari 1641 hingga 1853. Melalui rangaku, orang Jepang belajar berbagai aspek
revolusi ilmu pengetahuan yang berlangsung di Eropa pada waktu itu. Dengan
mempelajari ilmu-ilmu dari Barat, Jepang memiliki dasar-dasar ilmu pengetahuan
dan teknologi untuk melakukan modernisasi setelah dibukanya pelabuhan-pelabuhan
di Jepang untuk perdagangan dengan kapal-kapal asing pada tahun 1854. Itulah
beberapa orang yang telah berjasa terhadap kemajuan ilmu optika yang sedang
kamu pelajari ini.
Walaupun beberapa tokoh
lainnya belum di jelaskan. Tidakah kamu tertarik menjadi seorang ilmuwan
terkenal seperti tokoh-tokoh di atas?[1]
Kata optik
berasal dari bahasa Latin, yang artinya tampilan. Optika adalah cabang fisika
yang menggambarkan perilaku atau sifat-sifat cahaya dan interaksi cahaya dengan
materi. Intinya optika membahas tentang gejala-gejala optik. Bidang optika
terbagi menjadi dua, yaitu optik geometri dan optik fisis. Optik geometris atau
optik sinar, menjabarkan perambatan cahaya sebagai vektor yang disebut sinar
melalui gambar-gambar geometri dari berkas sinar tersebut. Sedangkan optik
fisis menjelaskan gejala-gejala yang terjadi pada optik geometri dengan
penjabaran matematis, sehingga komponen optik dan sistem kerja cahaya seperti
ukuran, posisi, dan pembesaran obyek menjadi lebih jelas.[2]
Optik geometri
merupakan pelajaran tentang cahaya (light)
yang berhubungan dengan aspek-aspek makroskopis dari cahaya. Untuk ini,
digunakan pengertian tentang “berkas” cahaya ataupun “sinar” cahaya. “berkas” (beam) cahaya adalah berasal dari sumber
yang berada jauh sekali (misalnya matahari) dan melalui sebuah lubang pada
sebuah layar sehingga cahaya yang keluar akan berbentuk silindris, jika lubang
itu bulat, dengan batas yang tertentu, yaitu garis-garis yang sejajar dengan
sumbu silinder. Garis-garis inilah yang kita namakan “sinar”. “sinar” (ray)
cahaya dapat juga diartikan sebagai “berkas” yang kecil sekali., berbentuk
garis, jadi tidak mempunyai tebal ataupun lebar. Pengertian “sinar” hanya ada
secara teoritis saja, sedangkan pada praktiknya yang ada hanya “berkas” cahaya.
Hukum dasar
pada optika geometri ini adalah:
a.
Cahaya
berjalan sepanjang garis lurus dalam medim homogen
b.
Cahaya
dapat dipantulkan aau dibiaskan (Hukum Snellius) oleh bidang batas dua media.
Optik geometri
pada umumnya mempelajari peristiwa-peristiwa cahaya tampak dan
cahaya yang mempunyai panjang gelombang di sekitar cahaya tampak, dan hanya
membicarakan peristiwa pantulan dan pembiasan pada permukaan-permukaan yang
membatasi dua media. Di sini tidak dibicarakan tentang perubahan-perubahan
fase yang terjadi pada gelombang-gelombang yang dipantulkan maupun
yang dibiaskan. Juga tidak diperhatikan perubahan-perubahan lain yang terjadi.
Hal yang
penting pada pembahasan ini adalah terjadinya bayangan dari sebuah benda.
Misalnya benda berada di depan kamera, sinarnya akan melalui lubang yang berisi
lensa; bayangan akan terjadi pada plat fotografi (film) yang terletak di
belakangnya di dalam kamera itu juga. Setiap titik dari bayangan berasal dari
setiap titik pada benda.[3]
Cahaya menurut Newton (1642 - 1727)
terdiri dari partikel-partikel ringan berukuran sangat kecil yang
dipancarkan oleh sumbernya kesegala arah dengan kecepatan yang sangat tinggi.
Sementara menurut Huygens (1629 - 1695),
cahaya adalah gelombang seperti halnya bunyi.
Perbedaan antara keduanya hanya pada frekuensi dan panjang gelombangnya saja.
Cahaya merupakan sejenis energi berbentuk gelombang elekromagnetik
yang bisa dilihat dengan mata. Cahaya juga merupakan dasar ukuran meter: 1 meter
adalah jarak yang dilalui cahaya melalui vakum pada 1/299,792,458 detik.
Kecepatan cahaya adalah 299,792,458 meter per detik.
Frekuensi gelombang cahaya ditentukan oleh periode osilasi
yang merupakan panjang gelombang tersebut, seyogyanya tidak berubah saat merambat melalui berbagai
medium, hanya kecepatan gelombang yang bergantung pada jenis mediumnya. Persamaan
yang digunakan:
dimana:
v adalah kecepatan gelombang
λ adalah panjang gelombang
f adalah frekuensi
Pada frekuensi yang konstan, perubahan kecepatan gelombang cahaya
akan berpengaruh pada panjang gelombangnya. Rasio antara kecepatan gelombang
cahaya pada ruang hampa dan kecepatan gelombang cahaya pada suatu medium
disebut index of refraction dengan persamaan: di mana:
c adalah kecepatan gelombang cahaya pada ruang hampa berupa
konstanta fisika bernilai 299,792,458 meter/detik.
v adalah kecepatan gelombang cahaya pada medium tertentu n adalah index of refraction atau indeks bias,
bernilai n=1 dalam ruang hampa dan n>1 di dalam medium. Medium yang lebih
padat seperti kaca dan air mempunyai indeks bias sekitar 1,3 hingga 1,5. Indeks
bias berlian berkisar antara 2,4
Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang kasat
mata dengan panjang gelombang sekitar 380–750 nm. Pada bidang fisika, cahaya
adalah radiasi elektromagnetik, baik dengan panjang gelombang kasat mata maupun
yang tidak.
Cahaya
adalah paket partikel yang disebut foton.
Kedua definisi di atas adalah sifat yang ditunjukkan cahaya secara
bersamaan sehingga disebut "dualisme gelombang-partikel". Paket
cahaya yang disebut spektrum kemudian dipersepsikan secara visual oleh indera
penglihatan sebagai warna. Bidang studi cahaya dikenal dengan sebutan optika,
merupakan area riset yang penting pada fisika modern. Cahaya mempunyai 4
besaran dalam optika klasik yaitu:
• Intensitas
• Frekuensi atau panjang
gelombang
• Polarisasi
• Fasa Sifat
optik geometris yaitu:
• Refleksi
• Refraksi
Sifat optik fisis yaitu:
• Interferensi
• Difraksi
• Dispersi
Pernahkan kamu melihat indahnya Bulan purnama dan bertaburnya
Bintang pada malam hari yang cerah? Tentunya hal itu akan mengingatkanmu pada
Sang Pencipta. Begitu indah ciptaan-Nya sehingga patut kamu syukuri dan kamu
pelajari agar keimananmu bertambah. Terangnya benda-benda langit tersebut
karena adanya cahaya. Bintang bersinar karena dia memiliki cahaya sendiri,
sedangkan Bulan tampak bercahaya karena pantulan dari cahaya Matahari. Akan
tetapi, manusia di Bumi seolah-olah melihat Bulan tersebut memancarkan
cahayanya sendiri. Dalam kehidupan sehari-hari, kamu tidak dapat melihat
benda-benda di sekitarmu tanpa adanya cahaya. Pada malam hari ketika lampu
listrik rumahmu padam, kamu tidak dapat melihat apapun di sekitarmu. Hal
tersebut terjadi karena tidak ada cahaya yang dipantulkan oleh benda di sekitarmu.
Jadi, kamu dapat melihat suatu benda apabila ada cahaya yang dipantulkan oleh
benda tersebut ke matamu. Pemantulan Teratur dan Pemantulan Baur.
Pemantulan cahaya pada benda yang tidak tembus cahaya, ada
yang teratur dan ada pula yang tidak teratur. Kamu dapat melihat cahaya yang
dipantulkan benda-benda di sekitarmu tidak menyilaukan mata, tetapi terasa
teduh dan nyaman. Namun, cahaya yang dipantulkan cermin ke mata akan sangat
menyilaukan.[5]
Sifat-sifat
cahaya yaitu:
1 . Dapat dilihat oleh
mata
2 . Memiliki arah rambat yang
tegak lurus arah getar (transversal)
3 . Merambat menurut garis
lurus
4 . Memiliki energi
5 . Dipancarkan dalam bentuk
radiasi
6. Dapat mengalami pembiasan, interfensi,
difraksi (lenturan), dan polarisasi (terserap
sebagian arah getarnya)[6]
Cahaya
yang biasanya kita lihat merupakan kelompok sinar-sinar cahaya yang disebut
berkas cahaya. Terdapat tiga macam berkas cahaya, yaitu:
1.
1. Berkas cahaya sejajar, yaitu berkas cahaya yang arahnya
sejajar satu sama lain.
2. Berkas cahaya menyebar (menyebar), yaitu berkas caaya yang
berasal dari satu titik kemudian menyebar ke beberapa arah.
3 3. Berkas cahaya mengumpul (konvergen), yaitu berkas cahaya yang
menuju ke suatu titik tententu.[7]
Jika sinar cahaya jatuh
pada permukaan benda lalu dibalikkan kembali, kita sebut sinar itu dipantulkan.
Ada dua jenis pemantulan cahaya, yaitu pemantulan baur dan pemantulan teratur.
a.
Pemantulan
Baur
Jika suatu berkas cahaya sejajar datang pada permukaan yang kasar (tidak rata), berkas cahaya tersebut akan dipantulkan ke berbagai arah yang tidak tertentu. Pemantulan ini disebut pemantulan baur (difusi).
1)
Pemantulan
Teratur
Jika suatu berkas cahaya sejajar datang pada permukaan yang
rata seperti permukaan cermin datar atau permukaan air yang tenang, maka
pemantulannya teratur. Pemantulan ini disebut pemantulan teratur.[8]
www.mediabali.net
Beberapa istilah yang
digunakan dalam pemantulan cahaya, adalah sebagai berikut:
o Sinar
datang ialah sinar yang datang lurus pada permukaan benda.
o Sinar
pantul ialah sinar yang diantulkan oleh permukaan benda.
o Garis
normal ialah garis yang dibuat tegak lurus pada permukaan benda.
o Sudut
datang ialah sudut antara sinar datang dan garis normal.
o Sudut
pantul ialah sudut antara sinar pantul dan garis normal.
Hukum Pada pemantulan cahaya, yaitu:
Ø
Sinar
datang, sinar pantul, dan garis normal terletak pada satu bidang
Secara sistematis dibuktikan bahwa:
i = r
Cermin pertama kali dibuat dari sekeping batu
mengkilap seperti obsidian, sebuah kaca vulkanik yang terbentuk secara
alami.
Cermin yang
pertama dibuat pada jaman sebelum masehi (SM) berupa cermin obsidian. Cermin
obsidian yang paling tua ditemukan 6.000 SM di Anatolia / Turki. Cermin dari
batu mengkilap ditemukan di Amerika tengah dan selatan dengan usia sekitar
2.000 tahun. Cermin dari tembaga mengkilap telah dibuat di Mesopotamia sekitar
4000 SM dan di Mesir purba pada 3.000 SM. Di China, cermin perunggu dibuat pada
2.000 SM.
Cermin kaca
pertama yang dilapisi logam di abad masehi diciptakan di daerah Sidon (Lebanon)
pada abad pertama M. Sedangkan cermin yang dibuat dengan sandaran, dibuat
sekitar tahun 77 M. Cermin tersebut diberi sandaran berupa daun emas. Bangsa
Romawi merupakan bangsa pertama yang mengembangkan teknik menciptakan cermin
walaupun masih agak kasar. Cermin tersebut terbuat dari kaca hembus yang
dilapisi dengan timah yang dilelehkan.
Cermin parabola
pantul pertama kali dideskripsikan oleh fisikawan bangsa Arab bernama Ibn Sahl
pada abad 10. Ibn al-Haytham berhasil merumuskan prinsip kerja pada mata yang
menggunakan prinsip pembiasan pada lensa cembung. Cermin kaca bening diproduksi di Al-Andalus pada abad 11.
Pada awal Abad Renaisans, orang Eropa menyempurnakan metode melapisi kaca
dengan amalgam timah-raksa. Pada abad ke-16, di Venesia sebuah kota yang terkenal
dengan keahilan membuat kaca, menjadi pusat produksi cermin dengan
mempergunakan teknik ini. Cermin kaca dari periode itu dulunya merupakan barang
mewah yang amat mahal.
Justus Liebig
menemukan cermin kaca pantul di tahun 1835. Prosesnya melibatkan pengendapan
lapisan perak metalik ke kaca melalui reduksi kimia perak nitrat. Proses
melapisi kaca dengan substansi bersifat reflektif (silvering) ini diadaptasi
untuk memproduksi cermin secara massal. Saat ini, cermin sering diproduksi
dengan pengendapan vakumnya aluminium (atau terkadang perak) langsung ke
substrat kaca.[10]
Cermin adalah
sebuah benda yang yang senantiasa kita jumpai hampir setiap hari. Sebelum kamu
bepergian biasanya kamu akan bercermin terlebih dahulu. Kita akan memperlajari
benda tersebut, dari mulai jenisnya dan sifatsifat dari masing masing cermin.
Bentuk cermin
yang kita jumpai setiap hari, sangatlah
beragam. Secara garis besar cermin terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu:
a.
Cermin
datar : mempunyai permukaan berbentk bidang datar
b.
Cermin
lengkung : mempunyai permukaan pantul berbentuk lengkung (bagian dari permukaan
bola)
Cermin lengkung terbagi menjadi dua, yaitu :
1)
Cermin
cekung : memiliki permukaan pemantul yang bentuknya melengkung atau membentuk
cekungan. bersifat mengumpulkan sinar pantul atau konvergen.
a.
Cermin
Datar
Ketika kamu bercermin, maka akan ada bayanganmu di belakang cermin
dengan posisi berhadap-hadapan denganmu seakan kembaran. Akan tetapi, posisi
tangan kanan mu berubah menjadi tangan kiri, telinga kirimu menjadi telingan
kanan, begitu juga anggota tubuhmu yang lainya. Mengapa demikian?
Sifat-sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin datar adalah sebagai
berikut:
a. Bayangannya maya.
b. Bayangannya sama tegak
dengan bendanya.
c. Bayangannya sama besar
dengan bendanya.
1)
PemantulanCahayapadaCerminDatar
Garis normal pada cermin datar adalah garis yang melalui titik
jatuh sinar dan tegak lurus bidang cermin.
a)
Pemantulan
Berkas Cahaya yang Datang Sejajar
Berkas cahaya yang datang sejajar yang jatuh pada cermin datar akan
dipantulkan sejajar pula.
Sumebr :rumushitung.com
b)
Pemantulan
Berkas Cahaya yang Menyebar (Divergen)
Sumber :Rumushitung.com
Ketika kamu bercermin,
bayanganmu tidak pernah dapat dipegan atau ditangkap dengan layar.
Sifat bayangan seperti itu disebut bayangan maya atau bayangan semu. Bayangan maya selalu terletak di belakang cermin. Bayangan terbentuk karena
sinar-sinar pantul yang teratur pada cermin.
Dengan demikian, dapatkah kamu menentukan sifat-sifat bayangan pada cermin datar?
Keteraturan berkas sinar
yang di pantulkan cermin datar dapat digunakan untuk menentukan gambar bayangan
secara geometris dengan menggambarkan sinar datang dan sinar pantulnya. Cara
menggambar bayangan dengan perjalanan cahaya adalah sebagai berikut:
1.
Buatlah dua berkas sinar datang dengan membuat garis lurus ke permukaan cermin di bagian atas benda dan di bagian bawah benda.
2. Buatlah berkas sinar pantul (dengan menggunakan garis lurus terputusputus) dengan menerapkan hukum pemantulan cahaya, yaitu sudut datang sama dengan sudut pantul.
3.
Perpanjang berkas sinar pantul hingga bertemu pada satu titik.
4.
Pertemuan titik itu adalah bayangan dari benda tersebut (A' B').
5.
Bayangan yang terbentuk adalah hasil perpotongan perpanjangan berkas sinar pantul atau sinar maya.
BAB
III
PENUTUP
Berdasarkan
pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa:
1.
Optik
geometri pada umumnya mempelajari peristiwa-peristiwa cahaya tampa dan cahaya
yang mempunyai panjang gelombang di sekitar cahaya tampak, dan hanya
membicarakan peristiwa pantulan dan pembiasan pada permukaan-permukaan yang
membatasi dua media.
2.
Optik
geometri memperlakukan cahaya sebagai sinar-sinar cahaya sehingga pembahasan
dan perumusan sifat pemantulan dan pembiasan cahaya benar-benar dapat
dijelaskan berdasarkan hukum-hukum geometris.
3.
Jenis
– jenis pemantulan terdiri atas pemantulan baur dan pemantulan terartur
4.
Jenis-jenis
cermin terdiri atas cermin datar dan cermin cekung
Demikianlah
makalah ini kami buat. Tentunya masih banyak kesalahan yang terdapat dalam
makalah ini, kritik dan saran kami butuhkan demi kesempurnaan makalah
selanjutnya. Kami ucapkan terimakasih dan mohon maaf apabila masih banyak
kesalahan dalam pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua, Amin.
DAFTAR
PUSTAKA
Suwarna, Iwan
P. 2010. Optik. Duta Grafika: Bogor.
Sarojo, Ganijanti A. 2011. GelombangdanOptika. Jakarta:
SalembaTeknika
Zaelani,Ahmad
dkk. 2011. 1700 Bank
SoalBimbinganPemantapanFisika (untuk SMA/MA).YramaWidya: Bandung.
Supiyanto.
2006. FisikaUntuk SMA Kelas XII.
Jakarta: Phibeta
http://atophysics.wordpress.com(diakses pada tanggal 4 september 2015 10:00
WIB)
[1] Iwan Permana S. 2010. Optik.
Duta Grafika: Bogor. Hal: 1-4
[2]Ibid. Hal: 1
[3]Ganijanti Aby S. 2011. Gelombang
dan Optika. Jakarta: Salemba Teknika. Hal: 265-266
[4]Iwan Permana S. 2010. Optik.
Duta Grafika: Bogor. Hal: 7-9
[5]Ibid. Hal: 13-14
[6]Ibid. Hal: 9
[7]Ahmad Zaelani, dkk. 2011. 1700 Bank
Soal Bimbingan Pemantapan Fisika (untuk SMA/MA). Yrama Widya: Bandung. Hal:
259-260
[9]Ahmad Zaelani, dkk. 2011. 1700
Bank Soal Bimbingan Pemantapan Fisika (untuk SMA/MA). Yrama Widya: Bandung.
Hal: 260
[10]Iwan Permana S. 2010. Optik.
Duta Grafika: Bogor. Hal: 27-29
[11]Supiyanto. 2006. Fisika Untuk SMA
Kelas XII. Jakarta: Phibeta. Hal: 42-43
[12]Iwan Permana S. 2010. Optik.
Duta Grafika: Bogor. Hal: 36
[13]Ahmad Zaelani, dkk. 2011. 1700
Bank Soal Bimbingan Pemantapan Fisika (untuk SMA/MA). Yrama Widya: Bandung.
Hal: 261
Tidak ada komentar:
Posting Komentar